kesehatan

Enterovirus-71

Waspadai Penyebaran Penyakit Enterovirus 71

BELUM hilang bayang-bayang ketakutan manusia terhadap ganasnya serangan virus flu burung yang menular dari unggas ke unggas dan ke manusia, penyakit Enterovirus terus menyebar. Penyakit ini menyerang tangan, kuku, dan mulut.

Virus penyebab penyakit ini bernama Enterovirus 71. Hingga 6 Mei 2007, sedikitnya 71 orang telah tewas di Tiongkok. Upaya penghentian penyebaran penyakit ini telah dilakukan, tetapi belum menunjukkan hasil maksimal. Serangan penyakit ini bahkan telah menimbulkan ketakutan.

Virus Enterovirus 71 (EV 71) ini juga telah menewaskan sejumlah orang di Vietnam, meskipun belum ada data pasti jumlah penderitanya. Penyakit ini umumnya berkembang di Vietnam Selatan.

Penyakit tangan, kuku, dan mulut ini umumnya menimpa anak-anak dan anak balita akibat EV-71. Penyakit yang berjangkit di Tiongkok ini dapat menyebabkan demam tinggi, kelumpuhan, dan meningitis. Catatan jumlah warga yang terjangkit penyakit mematikan ini telah mencapai angka 12.164 orang.

Pemerintah Indonesia seharusnya mewaspadai penyebaran penyakit ini. Bukankan penyakit SARS dan flu burung juga pertama kali terjadi di daratan Asia terluas itu. Kedua penyakit ini malah terus menyebar dan sulit dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia. Kita tentu tidak ingin, hal ini juga terjadi pada penyakit Enterovirus.

Penyakit yang disebabkan virus EV-71 ini sering disebut ”Flu Singapura”. Istilah dalam dunia kedokteran, dikenal dengan nama hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM). Penyakit KTM adalah infeksi yang disebabkan virus RNA yang masuk famili picornaviridae, genus enterovirus. Genus yang lain adalah rhinovirus, cardiovirus, apthovirus. Di dalam genus enterovirus terdiri atas coxsackie A virus, coxsackie B virus, echovirus, dan enterovirus.

Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah enterovirus 71. Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun.

Enterovirus pertama kali ditemukan tahun 1969. Sejak saat itu, virus ini menjadi kasus sporadik di beberapa bagian dunia seperti Brazil, Eropa, Australia, Malaysia, dan Taiwan. Enterovirus kembali mewabah dan menyebabkan kematian pada tahun 1997 di Malaysia dan Taiwan pada tahun 1998.

Kejadian di Taiwan adalah yang terbesar. Dari Maret sampai Desember 1998, telah terjadi 129.106 kasus yang dilaporkan. Namun, angka pastinya kemungkinan mencapai 1.483.997 kasus yang mungkin terjadi di Taiwan. Infeksi itu dapat menyebabkan demam, kulit melepuh di mulut dan kulit memerah di tangan dan kaki. Anak-anak sangat rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum cukup kuat.

Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang, yaitu melalui droplet, pilek, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu.

Tidak ada vektor, tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoak. Penyakit KTM mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki, dan mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak. Misalnya, di sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki, dan mulut biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia.

Virus tersebut tersebar dari kotoran seorang yang terkena ke mulut orang lain lewat tangan tercemar, tapi bisa juga disebarkan lewat lendir mulut, atau sistem pernapasan, dan sentuhan langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Virus itu bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.

Penyakit KTM ringan biasanya disebabkan coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi virus tersebut, meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi coxsackievirus mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala atau hanya ringan. Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti nyeri tengorokan atau infeksi tengorokan (faringitis), sulit makan dan minum karena nyeri akibat luka di mulut dan lidah.

Kadang juga gejalanya disertai sedikit pilek atau gejala seperti flu. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus atau luka dimulut seperti sariawan di sekitar lidah, gusi, pipi sebelah dalam, terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash atau ruam (makulopapel) ada di bokong.

Bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat harus dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah hiperpireksia (suhu lebih dari 39 derajat Celcius) atau demam tidak turun-turun, denyut jantung sangat cepat (tachicardia), sesak, malas makan minum, muntah atau diare dengan dehidrasi, badan sangat lemas, kesadaran turun, atau kejang-kejang.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit itu adalah infeksi selaput otak atau meningitis (aseptik meningitis, meningitis serosa, atau nonbakterial), infeksi otak atau encefalitis (bulbar), infeksi otot jantung atau miokarditis (coxsackie virus carditis) dan perikarditis, paralisis akut flasid (polio-like illness), infeksi paru atau pneumonia. Risiko ancaman jiwa lebih sering terjadi pada infeksi enterovirus 71, sedangkan virus coxsackie sangat jarang terjadi ancaman jiwa kecuali pada penderita dengan kondisi daya tahan tubuh yang menurun.

Pencegahan

Pinjam-meminjam cangkir, sendok, garpu, alat kebersihan pribadi, misalnya handuk, lap muka, sikat gigi, dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki, adalah perilaku yang berpotensi mempercepat penyebaran penyakit tersebut. Anak yang terkena penyakit tangan, kaki, dan mulut seyogianya jangan dulu ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai lepuhnya mengering. Penyakit itu sebaiknya dilaporkan kepada pengurus tempat penitipan anak atau kepala sekolah untuk dilakukan pencegahan dengan baik.

Seperti halnya infeksi virus pandemi yang lain, seperti SARS atau flu burung, fenomena infeksi enterovirus 71 di bagian selatan Tiongkok tersebut sangat berpotensi menyebar ke Indonesia. Paling tidak Departemen Kesehatan dan berbagai jajarannya, termasuk tenaga medis di Indonesia, harus cepat mengantisipasi hal tersebut. Tindakan yang mungkin segera dapat dilakukan pemerintah ialah melakukan traveller warning kepada masyakat Indonesia yang berkunjung ke daerah yang berpotensi terjadi penularan.

Akibat penyebaran penyakit itu, pemerintah Tiongkok telah memberikan hukuman kepada sejumlah pejabat yang dianggap lalai dalam tugasnya mengeiliminir serangan penyakit. Salah satu contoh wilayah yang telah memberikan sanksi kepada pejabatnya akibat lambanya penanganan yang menyebabkan kematian adalah pemerintah Provinsi Anhui.

Informasi dari Kantor Berita Xin Hua, lima pejabat lokal di Desa Anhui telah diberi peringatan keras karena terlambat menyebarluaskan informasi tentang penyakit berbahaya itu. Bahkan Dokter Wang Dongjun, salah seorang dokter di salah satu desa yang ada di Provinsi Anhui telah didenda sekira Rp5 juta karena menyuntikkan Globulin kepada 17 anak.

Kepada pasiennya, dokter ini mengatakan cairan yang disuntikkan dapat menyembuhkan penyakitnya. Dokter ini telah mengambil keuntungan dari serangan penyakit sehingga mendapat sanksi membayar denda.

Selain Dokter Wang Dongjun, dua dokter di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Fuyang juga dihukum karena telah memberi resep yang salah. Pelayanan yang layak tak diperoleh pasien yang terkena virus EV-71 itu.

Tinggalkan komentar